Bandung - Sebagai orang Sunda asli, dua Direktur PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) Glen Sugita dan Muhammad Farhan sempat geram karena disebut sebagai mata-mata Persija.
Dalam salah satu media pernah disebutkan, Glen dan Farhan merupakan pengusaha asal Jakarta yang mencoba masuk dalam tim manajemen Persib untuk menghancurkan dan sekaligus sebagai utusan dari rival terbesar Persib yakni Persija.
Dengan keras Farhan membantah hal itu karena sejak kecil, dia sudah menetap di Kota Kembang dan telah menjelma sebagai bobotoh setia. Begitu juga dengan Glen, dia telah menetap di Bandung dari kanak-kanak hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai akhirnya memutuskan hijrah ke Amerika untuk melanjutkan studinya.
"Banyak yang bilang, saya dan Pak Glen itu bukan orang Bandung dan mata-mata dari Persija yang akan menghancurkan Persib. Saya mah tenang-tenang saja karena merasa orang Bandung asli. Jadi berita gitu dianggap angin lalu dan nggak akan laku, karena kita memang asli hidup dan dibesarkan di Bandung," jelas Farhan kepadaINILAH.COM saat ditemui di kantor PT PBB Jalan Sulanjana, Kota Bandung.
Sejak kecil Farhan memang telah menjadi seorang bobotoh. Dia bahkan mengetahui sejarah Persib. Mulai dari jaman Endang Witarsa saat tahun 1970-an, dia telah mengikuti alur dunia sepak bola. Ini merupakan bukti nyata, kalau dirinya memang mencintai tim berjuluk Maung Bandung.
"Dari dulu sudah suka Persib, karena saya memang asli orang Bandung dan saya bobotoh. Jaman Endang Witarsa sudah suka pas tahun 1976. Persib memang sedang bersinar saat jaman itu sampai terpuruk ditahun 1980-an dan prestasinya hancur lebur. Ditahun 1982 bangkit lagi menjadi juara divisi 2, divisi 1 dan masuk ke divisi utama. Ditahun berikutnya Persib terus maju melanjutkan prestasinya," paparnya.
Sosok legenda sekaliber Endang Witarsa memang mencuri perhatian Farhan. Baginya, pemain di era 70-an ini merupakan orang cina yang mampu berjaya di kancah persepak bolaan Indonesia. Sebagai turunan asli Sunda, Farhan menentang keras bagi orang-orang dengan penilaian mirip terhadap warga keturunan Tiong Hoa.
"Kalau sampai ada yang bilang, sepak bola Indonesia adalah untuk orang Indonesia asli dan orang cina tidak boleh,jelema tolol tah nu kitu mah. Sejak tahun 57-an sudah bergabung orang cina dan mereka juga memiliki kualitas bagus," ungkapnya.
Farhan menjelaskan patutnya dunia sepak bola ini tidak membedakan kultur dan membebaskan siapa saja untuk bergabung. Karena setiap orang memiliki hak untuk memilih karir menjadi pemain sepak bola dan kini sudah banyak pemain asing yang bergabung di Indonesia.
Sumber: www.inilahjabar.com
Sabar aja pak.. Hidup persib
BalasHapus