ini dia detik-detik foto ketika kontroversi "tak berjabat tangan" antara suarez dan evra:
(Luis Suarez menolak menjabat tangan Patrice Evra sebelum kick-off laga antara Manchester United vs Liverpool di Old Trafford).
Tampaknya luka kecewa Luis Suarez belum sembuh. Aku coba memakluminya. Dihukum tak boleh tampil 8 pertandingan karena Patrice Evra ‘cerewet’ melaporkan adanya 7 kali hinaan “negro” dalam laga tahun lalu, tanpa sedikitpun mendengar pembelaan Luis bahwa kata2 itu adalah reaksi atas sebutan “latino” dari Patrice, tentu saja Luis kecewa, dan seluruh punggawa Liverpool dan fans the Reds di seluruh dunia. Tidak heran, saat Man. United takluk 2-1 di Anfield beberapa pekan lalu dalam laga Piala FA, seluruh stadion berteriak huuuu…setiap kali Patrice kuasai bola. Dan lihatlah puas wajah Luis kala itu. Tak ada yang lebih hepi dari Luis malam itu.
Barusan di Old Trafford, hasil akhir berbalik ke sisi Patrice. OhhTak ada yang lebih hepi darinya. Dia malah secara provokatif berselebrasi di samping Luis yang berjalan gontai keluar lapangan setelah timnya takluk 2-1. Luis memang cetak gol, tetapi apalah gunanya karena Rooney merayakan penampilan ke-350 bersama Man. United dengan 2 gol? Hampir saja terjadi insiden tawuran ala liga Indonesia karena teman2 Luis yang tak terima Patrice selebrasi lebay begitu.
Semuanya bermula sebelum laga dimulai. Sesi saling jabat tangan sebelum laga sungguh emosional. Luis membiarkan tangan Patrice galau di udara saat dia langsung skip ke tangan De Gea. Patrice hanya sempat separuh maksa mencengkeram lengan Luis dan dikibas begitu saja. Ohh, dua pemain pro ini belum berdamai rupanya. Padahal sebelum laga bahkan Kenny Dalglish jamin bahwa Luis bakal salaman dengan Patrice. Tampaknya persoalan emosional adalah sisi lain sepakbola yang telah mengindustri.
Barangkali bakal ada banyak kecaman bagi Luis setelah adegan malam ini. Mungkin juga kecaman bagi Patrice yang coba provokasi di akhir laga. Dalam banyak kesempatan Luis sering bilang bahwa persoalan dalam lapangan sebaiknya berhenti sejak tiup panjang wasit. Tetapi Patrice yang merasa begitu terhina memilih membawanya ke meja komisi disiplin. Dan isu rasisme itu telah menghukum Luis 8 laga tak boleh tampil. FA berlebihan? Patrice berlebihan? Atau Luis yang tak bisa mengontrol kata-katanya? Entahlah… Barangkali bagi Luis permusuhan dengan Patrice memang tak bakal ada damai semenjak Patrice sendiri yang pertama melontarkan hinaan “latino”. Bukankah Latino juga merupakan ras tersendiri? Lalu kenapa hanya Negro yang dibela? Apakah sejarah panjang perbudakan Negro yang membuat ras Eropa begitu merasa bersalah dan perlu terus-menerus memulihkan luka Negro dengan menghukum siapa saja yang menghina Negro meskipun tak sedikit juga Negro yang mulai duluan? Maaf, sebutan Negro dariku tanpa tendensi apa-apa, hanya menyebut ras begitu saja.
Tampaknya bagi Suarez hasil malam ini tak penting. Yang penting baginya mungkin memberikan pelajaran kepada Patrice bahwa memaafkan itu tidak mudah, apalagi melupakan. Dan tampaknya Patrice sendiri pun belum memaafkan Luis sepenuhnya. Lihat saja provokasi darinya usai laga. Bukankah itu bisa saja membuat perseteruan makin sulit didamaikan? Jadi dua-duanya sama saja, dan semua kita perlu lihat dari sisi Luis sekaligus sisi Patrice. Lihatlah betapa tajam mata Patrice mengawasi pergerakan Luis dalam laga tadi.
maaf yahh jika ada yang tersinggung saya tidak membela salah satu pihak , karena menurut saya lebih baik mereka itu berdamai dan semua orang melupakan kejadian/hal ini.
Sumber: olahraga.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar